Kasus Ginggivitis Marginalis Kronis




Penulis :
Tri Harmiati, SKM

  KASUS GINGGIVITIS MARGINALIS KRONIS/ KARANG GIGI
YANG TERJADI DI UPTD BLUD PUSKESMAS PRAYA

BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang

      Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan memberikan prioritas kepada upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dengan tidak mengabaikan upaya penyembuhan dan pemulihan  kesehatan, termasuk pada anak usia sekolah dasar agar tercapai derajat kesehatan secara optimal (Depkes RI, 2000).
      Kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kesehatan tubuh secara keseluruhan. Perawatan gigi dan mulut secara keseluruhan diawali dari kebersihan gigi dan mulut pada setiap individu. 
   Salah satu indikator kesehatan gigi dan mulut adalah tingkat kebersihan gigi dan mulut. Hal tersebut dapat dilihat secara klinis dari ada tidaknya deposit-deposit organik, seperti pelikel, materi alba, debris, kalkulus, dan plak gigi.(2008). Plak merupakan deposit lunak yang membentuk lapisan biofilm dan melekat pada permukaan gigi dan gusi yang mengeras dan menempel pada permukaan gigi yang biasa kita sebut dengan  karang gigi.
    Kebersihan gigi dan mulut merupakan suatu tindakan untuk membersihkan gigi dan gusi untuk mencegah penyakit gigi dan mulut bersihan gigi dan mulut yang masih rendah dan merupakan penyakit terbesar pada sebagian penduduk Indonesia. Upaya kesehatan gigi dan mulut perlu ditinjau dari aspek lingkungan serta kesadaran masyarakat  terhadap derajat kebersihan gigi dan mulut
    Salah satu upaya untuk meningkatkan kebersihan gigi dan mulut diperlukan pelatihan self care yaitu suatu proses dalam diri seseorang agar berfungsi secara efektif dalam menjaga kesehatannya yang meliputi pencegahan dini terhadap penyakit dan mengobati penyakit dalam sistem perawatan kesehatan. Inti self care adalah kontrol, tanggung jawab, kebebasan, pilihan yang luas dan kualitas hidup yang lebih baik. Self care bertujuan untuk meningkatkan kemampuan seseorang dalam mengambil keputusan mengenai perawatan kesehatan.

B.      Rumusan Masalah
             Karena tingginya kasus karang gigi di UPTD BLUD Praya maka penulis  tertarik untuk menulis  penyebab terjadinya karang  gigi pada sebagaian besar pasien yang datang ke Puskesmas

C.      Tujuan  :
Berdasarkan latar belakang diatas maka tujuan penulis dapat menyimpulkan beberapa faktor  yang  dapat penyebabkan terjadinya karang gigi  terhadap pasien yang datang ke puskesmas, yaitu  :  
1.      Untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien tentang bagaiman menjaga  kebersihan gigi dan mulut
2.      Pola makan pada satu sisi
3.      Untuk mengetahui frekuensi  dan  waktu yang tepat menyikat gigi
4.      Kondisi gusi yang sering berdarah
 Dengan mengetahui beberapa hal tersebut diatas maka penulis dapat membantu masyarakat Khususnya yang datang berkunjung ke UPTD BLUD praya , dan umumnya masyarakat yang ada di wilayah kerja UPTD BLUD  praya, dan natinya dapat   menekan terejadinya kasus karang gigi.

BAB II
KERANGKA TIORI
            Gigi adalah salah satu bagian dari tubuh manusia yang fungsinya tidak kalah penting dengan anggota tubuh yang lain. Dalam hal menjaga kebersihan gigi dan mulut, banyak orang lalai dan bahkan tidak memperdulikan kebersihan gigi dan mulutnya. Akibatnya gigi menjadi kotor dan tidak sehat. Masalah awal yang sering timbul akibat kelalainya adalah banyak terdapat karang gigi pada gigi
1.      Apakah sebenarnya karang gigi itu ?
            Karang gigi atau calculus adalah : suatu endapan keras yang terletak pada permukaan gigi berwarna mulai dari kuning – kekuningan, kecoklat – coklatan, sampai dengan kehitam – hitaman dan mempunyai permukaan kasar. Proses pembentukan karang gigi secara teori sangat bervariasi , tetapi pada umumnya ” para ahli berpendapat bahwa antara plak dan karang gigi terdapat hubungan yang erat sekali, sehingga tidak dapat dipisahkan satu sama lainya ( Sindoro, 1996 : 35 ). Sisa makanan yang tidak segera dibersihkan dalam 1 hari, sudah penuh dengan bakteri penyebab penyakit. Orang cenderung bertanya, sudah menggosok gigi setiap hari tetapi masih juga terdapat karang gigi.
            Faktor penyebab karang gigi banyak sekali, letak pertumbuhan gigi yang tidak beraturan atau berjejal bisa menyebabkan tertinggalnya sisa makanan antara sela – sela gigi. Atau cara menyikat gigi yang kurang benar, sehingga masih tertinggalnya plak.Pertumbuhan karang gigi tidak hanya kepermukaan gigi saja, melainkan dapat musuk kedalam saku gusi menempel pada akar gigi, dan merusak jaringan penyangga gigi.
            Karang gigi yang tumbuhnya ke permukaan disebut supra ginggiva calculus. Dimana warna karang gigi ini kekuning – kuningan dan kecoklatan, pembersihanya relatif mudah. Sedangkan karang gigi yang pertumbuhanya kedalam saku gusi disebut sub ginggiva calculus. Dengan warna kecoklatan dan kehitaman, dan membersihkanya sulit karna sceler harus masuk kedalam gusi. Dalam keadaan ini, dokter gigi akan memberikan anastesi lokal sehingga pembersihan dapat berlangsung tanpa rasa sakit.Pembentukan terjadinya karang gigi sangat cepat, dalam 1 minggu karang gigi sudah mengeras.
            Bagian gigi yang tidak dibuat mengunyah cenderung dipenuhi karang gigi. Karena sisa makanan akan berkumpul pada bagian yang tidak dibuat mengunyah. Diet makanan juaga mempengaruhi terjadinya karang gigi. Makanan yang manis dan melekat pada gigi akan cepat terbentuknya karang gigi. Awal terbentuknya karang gigi adalah adanya plak yang tertinggal karena gosok gigi atau mungkin tidak dibersihkan dan mengalami mineralisasi oleh air ludah dan peranbakteri yang berkembang biak dalam plak.Menurut pendapat Tureskey, dkk ( dalamSindoro, 1990 : 36 )
            Bahwa karang gigi dapat terjadi karena adanya aktifitas anzim – enzim phosphat berasal dari sel – sel permukaan mucosa yang sedang bergenerasi. Umumnya enzim Phosphat terbentuk bila ada suatu peradangan. Terjadinya pertumbuhan enzim tase, Apabila didalam jaringan pengikat gusi terjadi peradangan pengendapan phosphat dari air ludah disebabkan adanya enzim phosphat ini.
2.      Akibat dari karang gigi adalah :
a.      Estetika jelek atau permukaan gigi yang jelek, bau mulut yang tidak sedap, penyakit     gusi berdarah atau ginggivitis, gusi membengkak dan bernanah, gusi melorot sehingga akarnya kelihatan, gigi menjadi renggang, gigi menjadi linu padahal tidak ada yang berlubang, penyakit penyangga gigi atau periodontitis, gigi goyang.
b.      Menjadi tempat bersarang bakteri
Secara keseluruhan, karang gigi memiliki efek serius pada kesehatan mulut  terutama jika tumbuh di atas garis gusi. Sebab ini merupakan tempat yang tepat bagi bakteri untuk bersarang, kemudian menyusup ke dalam gusi sehingga membuatnya rusak, serta mengalami iritasi dan peradangan.
c.       Menyebabkan gingivitis atau  radang gusi
Salah satu efek paling umum dari karang gigi adalah terjadinya gingivitis atau radang Setelah gingivitis terjadi, sementara karang gigi tetap ada, maka gusi tinggal menunggu waktu untuk terkena penyakit periodontal
d.      Meningkatkan risiko gigi tanggal
Ketika sistem pertahanan tubuh melakukan reaksi perlawanan terhadap bakteri yang ada di dalam kantong nanah gigi maka secara bersamaan bakteri juga akan melepaskan zat pertahanan diri. Akibatnya, tulang gigi dan jaringan di sekitarnya bisa mengalami kerusakan. Jika terus berlanjut, maka bersiaplah untuk kehilangan gigi, sekaligus mengalami penipisan tulang di mana gigi
3. Pencegahan karang gigi
            Pencegahan karang gigi adalah dengan menyikat gigi dengan baik dan benar setiap hari. Penyikatan gigi sebaiknya dilakukan 2 X sehari, yaitu setiap kali setelah makan pagi dan sebelum tidur malam. Karena pada waktu tidur aktifitas gigi dan mulut berhenti dan memudahkan bakteri untuk berkembang biak. Selain itu pembersihan gigi dapat menggunakan benang khusus atau dental flos yang dibuat untuk kedokteran gigi untuk membersihkan sela sela gigi.Sedangkan cara menyikat gigi yang baik benar adalah : Untuk bagian depan permukaan gigi yaitu bagian bibir dan pipi, dilakukan dengan cara memutar. Untuk bagian mengunyah dan menggigit, dilakukan dengan cara maju– mundur. Sedangkan pada bagian dalam yaitu bagian lidah dan langit – langit dilakukan dengan cara mencongkel ( Ambarwati, 1994 : 32 ).
            Apabila setelah makan dan tidak sempat gosok gigi, lakukan kumur dengan air. Untuk menghilangkan sisa makanan. Atau dengan makan buah – buahan yang berserat dan banyak mengandung air.

4. Pembersihan Karang Gigi
            Sebaiknya dilakukan secara rutin tiap 2 sampai 4 kali dalam setahun. Atau atas pertimbangan dokter atas kondisi yang ditemukan. Laju pembentukan karang gigi setiap individu berbeda beda dipicu oleh bebagi faktor dalam tubuh misalnya pada penderita deabetes biasanya karang gigi cepat terbentuk karena kondisi tingkat kekentalan air liur sangat tinggi dan jumlahnya sedikit, karena itu semakin capat karang gigi terbentuk sering pula kita melakukan perawatan pembersihan

BAB III
PEMBAHASAN & HASIL PEMBAHASAN

            Gambaran yang dapat penulis sampaiakan, pada pasien yang datang berobat ke UPTD Puskesmas Praya yang berhubungan dengan kasus Ginggivitis Marginalis Kronis adalah sbb:
Hasil pembahasan  :
1.      Dari jumlah pasien  dengan kebiasaan mengunyah pada satu sisi terdapat 18 (51,420%) mengalami /mempunyai karang gigi yang banyak
2.      Jarang mengosok gigi kejadian kasus dengan gingivitis marginalis kronis tedapat 12 pasien (34,28%)
3.      Dan dengan kondisi pasien berdarah gusinya  terdapat 5 (14,28%) pasien dengan kasus ginggivitis marginalis kronis

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A.  KESIMPUKAN DAN SARAN
a.      Berdasarkan hasil pengamatan pada psien dengan keluhan karang gigi /GMK yang datang berobat ke UPTD BLUD Puskesmas Praya  dapat di simpulkan sebagai berikut  :
1)       Pada pasien yang kebiasaan makan dengan satu sisi 18 (51,42%) kasus GMK tinggi
2)      Pada pasien yang jarang menggosok gigi 12(34,28%) kasus GMK cukup tinggi
3)      Pada pasien yang gusui 5 (14,28%) kasus GMK sedang

b.      kejadian karang gigi / kasus ginggivitis marginalis kronis   dapat disebabkan oleh beberapa faktor :
1)      Kurangnya perhatian terhadap kebeprsihan gigi dan mulut dapat mempermudah terjadinya plak,debris dan mengeras menjadi karang gigi
2)      Kebiasaan mengunyah pada satu sisi, sisi yang tidak berfungsi akan cepat mengendapkan sisa-sisa makanan.  
3)      Seringnya terjadi gusi berdaearah / kebiasaan menggunakan tusuk gigi
4)      Masih minimnya pengetahuan pasien tentang pentingnya menjaga kebersiahan gigi dan mulut
5)      Tidak pernah periksakan gigi secara rutin ke dokter gigi  ke Puskesmas atau rumah sakit
B. SARAN   
1.       Menyarankan kepada   pada pasien untuk selalu menjaga kebersihan gigi dan mulutnya
2.      Rutin memriksakan gigi ke Puskesmas,rumah sakit atau dokter gigi minimal 6 bulan sekali
3.      Meningkatkan pengetahuan pasien tentang pentingnya pengetahuan  kesehatan gigi dan mulut dengan cara memberikan penyuluhan dll

Daftar Pustaka :
1.      Limantara, Ambarwati. 1994. Pendidikan Kesehatan Gigi Surabaya: SPRG.
2.      Sindoro, Imam. 1996. Ilmu Pencegahan Penyakit Gigi dan Mulut .
Surabaya: AKG.
3.      Sindoro, Imam. 1990. Perlindungan Khusus. Surabaya: SPRG.
4.      Pratiwi, Donna. 2007. Gigi Sehat Merawat Gigi
5.      Sehari – hari . Jakarta: Kompas.
6.      Sriono, Niken Widyanti. 2005. Pengantar Ilmu Kedokteran Gigi
7.     





https://gingiva.wordpress.com/2009/12/10/karang-gigi/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages